,
STANDAR WAKTU INDONESIA
WIB / UTC
BMKG DI Yogyakarta

Prakiraan Cuaca

Citra Satelit

Daftar Isi

Citra Satelit Inframerah Jawa Tengah - BMKG
× Himawari-9 IR Enhanced Pada produk Himawari-9 EH menunjukkan suhu puncak awan yang didapat dari pengamatan radiasi pada panjang gelombang 10.4 mikrometer yang kemudian diklasifikasi dengan pewarnaan tertentu, dimana warna hitam atau biru menunjukkan tidak terdapat pembentukan awan yang banyak (cerah), sedangkan semakin dingin suhu puncak awan, dimana warna mendekati jingga hingga merah, menunjukan pertumbuhan awan yang signifikan dan berpotensi terbentuknya awan Cumulonimbus.
Citra Satelit Inframerah Region 2 - BMKG
× Himawari-9 IR Enhanced Pada produk Himawari-9 EH menunjukkan suhu puncak awan yang didapat dari pengamatan radiasi pada panjang gelombang 10.4 mikrometer yang kemudian diklasifikasi dengan pewarnaan tertentu, dimana warna hitam atau biru menunjukkan tidak terdapat pembentukan awan yang banyak (cerah), sedangkan semakin dingin suhu puncak awan, dimana warna mendekati jingga hingga merah, menunjukan pertumbuhan awan yang signifikan dan berpotensi terbentuknya awan Cumulonimbus.
Citra Satelit Inframerah Indonesia - BMKG
× Himawari-9 IR Enhanced Pada produk Himawari-9 EH menunjukkan suhu puncak awan yang didapat dari pengamatan radiasi pada panjang gelombang 10.4 mikrometer yang kemudian diklasifikasi dengan pewarnaan tertentu, dimana warna hitam atau biru menunjukkan tidak terdapat pembentukan awan yang banyak (cerah), sedangkan semakin dingin suhu puncak awan, dimana warna mendekati jingga hingga merah, menunjukan pertumbuhan awan yang signifikan dan berpotensi terbentuknya awan Cumulonimbus.
Citra Satelit Natural Color Jawa Tengah - BMKG
× Himawari-9 Natural Color Produk Himawari-9 NC menggunakan metode RGB (Red Green Blue) dimana beberapa band dari data satelit digabungkan sehingga diperoleh identifikasi warna yang lebih jelas. Produk ini digunakan untuk mengamati proses konvektifitas, ketebalan awan, serta mikrofisis awan. Produk ini menggunakan band visible yang dipancarkan oleh matahari, sehingga produk ini hanya tersedia pada saat pagi hingga sore hari.
Citra Satelit Natural Color Region 2 - BMKG
× Himawari-9 Natural Color Produk Himawari-9 NC menggunakan metode RGB (Red Green Blue) dimana beberapa band dari data satelit digabungkan sehingga diperoleh identifikasi warna yang lebih jelas. Produk ini digunakan untuk mengamati proses konvektifitas, ketebalan awan, serta mikrofisis awan. Produk ini menggunakan band visible yang dipancarkan oleh matahari, sehingga produk ini hanya tersedia pada saat pagi hingga sore hari.
Citra Satelit Natural Color Indonesia - BMKG
× Himawari-9 Natural Color Produk Himawari-9 NC menggunakan metode RGB (Red Green Blue) dimana beberapa band dari data satelit digabungkan sehingga diperoleh identifikasi warna yang lebih jelas. Produk ini digunakan untuk mengamati proses konvektifitas, ketebalan awan, serta mikrofisis awan. Produk ini menggunakan band visible yang dipancarkan oleh matahari, sehingga produk ini hanya tersedia pada saat pagi hingga sore hari.
Citra Satelit Potensi Hujan Jawa Tengah - BMKG
× Himawari-9 Rainfall Potential Produk turunan Himawari-9 Potential Rainfall adalah produk yang dapat digunakan untuk mengestimasi potensi curah hujan, yang disajikan berdasarkan kategori ringan, sedang, lebat, hingga sangat lebat, dengan menggunakan hubungan antara suhu puncak awan dengan curah hujan yang berpotensi dihasilkan.
Citra Satelit Potensi Hujan Region 2 - BMKG
× Himawari-9 Rainfall Potential Produk turunan Himawari-9 Potential Rainfall adalah produk yang dapat digunakan untuk mengestimasi potensi curah hujan, yang disajikan berdasarkan kategori ringan, sedang, lebat, hingga sangat lebat, dengan menggunakan hubungan antara suhu puncak awan dengan curah hujan yang berpotensi dihasilkan.
Citra Satelit Potensi Hujan Indonesia - BMKG
× Himawari-9 Rainfall Potential Produk turunan Himawari-9 Potential Rainfall adalah produk yang dapat digunakan untuk mengestimasi potensi curah hujan, yang disajikan berdasarkan kategori ringan, sedang, lebat, hingga sangat lebat, dengan menggunakan hubungan antara suhu puncak awan dengan curah hujan yang berpotensi dihasilkan.

Bagikan postingan ini melalui :