- Dipublikasikan oleh BMKG DI Yogyakarta,
- 6 Juli 2024
Kulon Progo, 5 Juli 2024 – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menginisiasi rapat koordinasi yang bertujuan untuk meningkatkan upaya mitigasi bahaya gempa bumi dan tsunami di Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) dan sekitarnya. Acara yang berlangsung di Hotel Morazen Airport Yogyakarta, Kulon Progo ini dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk perwakilan hotel-hotel di sekitar YIA.
Dalam arahannya, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menekankan pentingnya kolaborasi dalam memperkuat mitigasi bencana gempa bumi dan tsunami. Ia menggarisbawahi bahwa meskipun wilayah ini rawan gempa dan tsunami, operasional harus tetap berjalan dengan keandalan sistem peringatan dini yang kuat.
“Saat ini informasi mengenai gempa dan tsunami bukan lagi hal yang dramatis bagi masyarakat karena mereka sudah familiar dengan pemberitaan tersebut. Namun, kita harus memastikan sistem berjalan dengan baik dan masyarakat diberikan pemahaman yang tepat, bukan untuk ditakut-takuti,” jelas Ibu Dwikorita.
Dwikorita juga menyoroti pentingnya kesiapan infrastruktur kritis seperti hotel di kawasan selatan Kulon Progo yang harus terlibat aktif dalam upaya mitigasi bencana.
“Hotel-hotel tersebut perlu diberikan pelatihan dalam melakukan evakuasi bencana agar siap dalam menghadapi situasi darurat,” tambahnya.
Koordinator Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami, Suci Dewi Anugrah, memberikan paparan mengenai potensi gempa bumi dan tsunami serta program Tsunami Ready Community yang diinisiasi oleh IOC-UNESCO. Ia mengajak hotel-hotel untuk mulai melakukan identifikasi indikator tsunami ready dan melakukan assessment terkait struktur bangunan serta SOP kedaruratan.
“Harapannya, bandara dan hotel memiliki inisiatif sendiri dalam meningkatkan kapasitas mitigasi, termasuk melakukan tsunami drill tanpa harus menunggu program dari BMKG atau instansi lain,” ujar Ibu Suci Dewi.
Ia juga menyoroti bahwa Ngurah Rai dan YIA merupakan pionir bandara yang digunakan sebagai tempat evakuasi tsunami yang bisa diakses oleh masyarakat. Kedua bandara ini juga diundang sebagai narasumber dalam peringatan 20 tahun Tsunami Aceh yang akan dilaksanakan pada bulan November 2024.
Rapat ini menghasilkan beberapa rekomendasi penting, antara lain:
- Membangun program Tsunami Ready di bandara dan hotel.
- Mendukung penguatan Tsunami Ready di Kelurahan Glagah dengan penyediaan tempat evakuasi, dukungan sosialisasi, simulasi tsunami, serta fasilitas evakuasi lainnya seperti rambu dan sirene.
- Menginisiasi SOP penyebaran informasi gempa dan tsunami antar bandara di wilayah Samudera Hindia.
- Mengagendakan ISO Critical Infrastructure untuk tempat evakuasi tsunami.
Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kesiapsiagaan dan mengurangi risiko korban jiwa serta kerugian materiil akibat gempa bumi dan tsunami, dengan target utama zero victim. Melalui kolaborasi yang kuat antar pihak, Yogyakarta dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam upaya mitigasi bencana yang handal dan berkelanjutan.
Humas BMKG DIY
Foto : Humas BMKG